LPM | LEMBAGA PESAN MORAL

Lembaga non-profit yang bergerak di bidang pengembangan hidup, moralitas, dan filsafat. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran pembaca/pendengar terhadap sesuatu hal yang esensial dalam kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Kampus sebagai pembatas jurang kekejaman dunia dan kebahagiaan dunia.

Kebahagiaan memang sangat dicari masyarakat khususnya generasi milenial. Romantisme kesenangan duniawi, kekayaan, gengsi, dan kemanjaan milenial, ingin ditarik pada pembatas suci antara jurang kekejaman dunia dan kebahagiaan dunia.

Pembatas suci ini adalah kampus, yang dianggap milenial sebagai sekolah yang lebih bebas, bebas menggunakan pakaian apa saja dan bebas melakukan apa saja. Romantisme yang disebutkan tadi nampaknya ingin dibawa oleh milenial sebagai tameng dan alasan untuk tetap menjadi manusia yang bahagia.

Generasi milenial selalu terikat dengan sebuah pencarian kebahagiaan, dan kuantitas. Yang mana, jika kuantitas, kita selalu mengidolakan IPK besar di kuliah, apapun caranya. Menyontek, ctrl-c ctrl-f ctrl-v, joki tugas dan banyak hal lainnya. Otak kita penuh dengan angka angka yang sekarang sudah tidak lagi mereperesentasikan sebuah kualitas. Kita harus mencari sebuah dasar dari makna segala hal. Namun pada akhirnya, terjadi sebuah inflasi besar besaran pada generasi milenial.

Kita selalu mendengar kata kata, self-healing, moody, self reward, work balance yang mana memang ini adalah kata kebaikan, namun tampaknya semua ini menjadi tameng untuk milenial agar bisa lebih menikmati kebahagiaan sesaat. Tugas dari dosen sulit, stress, dan pada akhirnya milenial berkata, "huh, butuh self healing, diri aku harus dikasih reward". Namun apakah memang harus membutuhkan itu?

Ketika kita berada dalam ujung jurang di depan kita, apakah kita masih membutuhkan semua itu? realitas dari kehidupan adalah kesulitan dan persaingan khususnya milenial di kampus yang akan bekerja di industri atau pengabdian pada masyarakat. Ketika kita berada dalam ujung jurang ini, haruslah kita siap untuk loncat dan terjun dengan persiapan. Tidak ada tempat untuk kita mundur, karena bukan kita seorang saja yang berada dalam pembatas jurang ini, akan ada waktu dimana jika kita seperti ini maka akan jatuh dan terjun bebas tanpa persiapan karena didorong oleh banyak nya milenial yang akan loncat.

Kita harus berhenti untuk manja, untuk sendikit sedikit refreshing, menjadi orang moodyan ketika mengerjakan tugas, memberi reward untuk diri sendiri dan hal hal yang sebenarnya merusak mental kita. Mari kembali ke sebuah realitas dunia, buka mata kita, gunakan jendela dunia dengan baik.